Prapaska selama 40 hari adalah tradisi Gereja Katolik untuk mempersiapkan kita umat menyambut perayaan Paska Kebangkitan Yesus, sesudah Dia melalui kesengsaraan dan kematian di kayu salib.
Saudara saudari dalam Kristus, walaupun dalam masa PKP kerana pandemik COVID-19, kita tetap yakin terhadap penyertaan dan belas kasihan Yesus.
Kita memasuki masa Prapaska pada 17hb Februari 2021 dengan menyambut Hari Rabu Abu. Masa Prapaska selama 40 hari adalah tradisi Gereja Katolik untuk mempersiapkan kita umat menyambut perayaan Paska Kebangkitan Yesus, sesudah Dia melalui kesengsaraan dan kematian di kayu salib.
Bagi kita Umat Katolik masa Prapaska adalah kesempatan untuk memeriksa dan membetulkan relasi kita dengan Allah Pencipta kita, sesama manusia kita dan alam ciptaan Tuhan. Dalam kita menerima Abu, lambang pertaubatan, kita menerima pesan, “ingatlah, engkau ini debu dan akan kembali menjadi debu”.
Sepanjang masa Prapaska kita diingatkan siapa kita di hadapan Yesus agar kita jangan pernah lupa tetapi sentiasa bangga dengan identiti Kristiani kita, komited kepada misi kita dan yakin dengan pilihan kita mengikuti dan melayani Yesus, Jalan, Kebenaran dan Hidup kita (Yoh.14:6). Kita gunakan masa Prapaska untuk memeriksa dan membentulkan sikap dan motif relasi kita dengan Tuhan, sesama kita manusia dan alam ciptaan Tuhan melalui Doa, Sedekah dan Puasa.
Sepanjang masa Prapaska kita mengambil kesempatan melakukan rekoleksi atau retret peribadi, keluarga dan komuniti dengan mengambil masa berdoa agar kita sentiasa hidup dalam kesatuan, kesetiaan dan kekudusan dengan Yesus dalam menempuh cabaran-cabaran Iman setiap hari (Yoh.15:4-5). Masa Prapaska ini adalah kesempatan bagi kita untuk lebih menyedari tanggungjawab kita terhadap kebajikan sesama kita manusia melalui sedekah yang kita hulurkan. Yesus sendiri mengatakan bahawa apa yang kita lakukan atau tidak lakukan terhadap seseorang kita telah melakukan atau tidak melakukan itu terhadap Dia sendiri (Mat. 25:40,45).
Masa Prapaska juga adalah kesempatan bagi kita pengikut dan murid Yesus untuk mengamalkan Puasa agar kita dapat melatihkan diri kita sentiasa dapat memilih dan memihak kepada kehendak Yesus dan tidak menjadi hamba kepada kehendak sendiri sahaja. Puasa yang bersifat iman tidak terhad kepada mengurangkan makan dan minum tetapi sepatutnya merangkumi keinginan, selera dan penggunaan deria pancaindera yang tidak teratur. Sikap mementingkan diri sendiri dan tidak ada semangat pengorbanan untuk memilih dan melayani apa yang patut dan benar untuk Tuhan, sesama manusia dan alam ciptaan Tuhan harus dipuasakan.
Sepanjang masa Prapaska adalah kesempatan bagi para Katekumen untuk mempersiapkan diri dengan membuat penilaian dan memurnikan motif untuk menjadi pengikut Yesus. Seseorang katekumen perlu meninggalkan gaya hidup yang bertentangan dengan kehendak Tuhan agar dapat dibantu, diajar dan diberi kebijaksanaan oleh Roh Kudus sepanjang perjalanan imannya.
Bagi kita yang sudah menerima Sakramen Pembaptisan masa Prapaska adalah kesempatan untuk memeriksa diri sejauh mana ketaatan kita terhadap janji-janji Baptis kita kepada Yesus dan Gereja-Nya. Kita diberi kesempatan untuk bertaubat melalui Sakramen Pengakuan dan pada Malam dan Hari Perayaan Paskah kita membaharui dan menetapkan kembali Janji-janji Baptis kita.
Marilah sama-sama kita menghayati sepanjang masa Prapaska ini dengan mengambil sikap datang kepada Yesus, mendengar Sabda-Nya dan melakukan kehendak-Nya agar kita akan terus dimantapkan dalam hidup berbudaya menyembah Tuhan, memantapkan Iman dan bertanggungjawab sosial. Perjalanan bersama kita dalam membangun Iman yang berlandaskan tiga tonggak ini kita yakin akan membantu kita mampu dibentuk menjadi Komuniti Umat Allah yang komited dan efektif melayani kerajaan-Nya.
Semoga dengan menghayati masa Prapaksa kita akan didorong menjadi Umat yang sentiasa bangga dengan identiti Kristiani kita, komited dengan Misi kita dan yakin kepada pilihan kita – Yesus, Jalan, Kebenaran dan Kehidupan, destinasi hidup kita.
“Engkau ini debu dan akan kembali menjadi debu” (Kej. 2:7)
Selamat menjalani masa Prapaska.
+Bishop Datuk Cornelius Piong