Kardinal Miguel Angel Ayuso Guixot (kanan), Duta Besar Vatikan untuk Indonesia Uskup Agung Piero Pioppo (kiri), dan Pastor Markus Solo Kewuta, SVD, (tengah) terlihat saat konferensi pers di Kedutaan Besar Vatikan di Jakarta pada 11 Februari. (Foto: Katharina R. Lestari/UCA News)
Feb 15 2023
Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan Kalijaga di Yogyakarta menganugerahkan gelar Doktor Kehormatan (Doctor Honoris Causa) kepada seorang pejabat tinggi Vatikan atas kontribusinya dalam meningkatkan dialog antaragama di dunia.
Kardinal Miguel Angel Ayuso Guixot, Prefek Dikasteri Dialog Antaragama Vatikan (sebelumnya Dewan Kepausan untuk Dialog Antaragama) menerima gelar Doctor Honoris Causa dari universitas Islam tersebut pada 13 Februari.
Kardinal Guixot, 70, adalah seorang Spanyol dan anggota dari Ordo Combonian Missionaries of the Heart of Jesus (MCCJ).
Di kalangan para pejabat tinggi yang menghadiri upacara tersebut adalah Duta Besar Vatikan untuk Indonesia Uskup Agung Piero Pioppo dan Pastor Markus Solo Kewuta, SVD, direktur desk Asia-Pasifik dari Dikasteri Vatikan untuk Dialog Antaragama, Yahya Cholil Staquf, ketua umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU), dan Sudibyo Markus, mantan ketua PP Muhammadiyah.
Nahdlatul Ulama (NU) dan Muhammadiyah adalah dua organisasi Islam terbesar di Indonesia.
“Saya sangat berterima kasih atas apresiasi Anda terhadap Dokumen Persaudaraan Manusia untuk Perdamaian Dunia dan Hidup Bersama yang sudah memotivasi Anda untuk mengadakan acara yang berarti ini. Peristiwa bersejarah hari ini merupakan kontribusi yang berani untuk memajukan dan memperkuat persaudaraan manusia guna membangun dunia yang damai dan koeksistensi bersama,” kata Kardinal Ayuso Guixot dalam acara tersebut.
Dia mengakui bahwa ini merupakan suatu kehormatan baginya untuk menyaksikan penandatanganan dokumen tersebut oleh Paus Fransiskus dan Ahmed el-Tayyeb, Imam Besar Al-Azhar, di Abu Dhabi tahun 2019.
“Kami dapat mengatakan tanpa retorika apa pun, penandatanganan dokumen tersebut merupakan tonggak sejarah dalam jalur dialog antaragama. Tonggak adalah titik di sepanjang jalan, bukan awal maupun akhir. Artinya, kita harus bekerja sama dalam berbagai cara untuk memajukan persaudaraan manusia dan hidup secara konkret dalam kehidupan sehari-hari,” ujarnya.
Dokumen tersebut berupaya untuk meningkatkan “budaya saling menghormati” antara umat Kristen dan umat Muslim dan ditandatangani pada 4 Februari 2019, oleh dua pemimpin agama dunia itu selama kunjungan Paus Fransiskus ke Uni Emirat Arab.
Rektor UIN Sunan Kalijaga Phil Al Makin mengatakan gelar kehormatan itu merupakan apresiasi atas peran Kardinal Ayuso Guixot dalam meningkatkan dialog antaragama saat ia bertugas di Mesir dan Sudan selama beberapa tahun dan mengunjungi beberapa negara mayoritas Muslim di kawasan Timur Tengah.
“Perannya dalam penandatanganan Deklarasi Abu Dhabi… sangat penting. Penandatanganan deklarasi tersebut berarti bahwa Vatikan, di bawah kepemimpinan Paus Fransiskus, secara aktif meningkatkan toleransi dan kerukunan antarumat beragama,” katanya.
Pastor Kewuta, seorang imam asal Indonesia, menyebut gelar kehormatan itu sebagai pengakuan tertinggi Gereja Katolik dari Indonesia.
“Gelar ini memastikan kami bahwa apa yang telah kami lakukan sejauh ini baik dan bergema di antara pemeluk agama lain, khususnya umat Muslim. Dalam konteks Indonesia, ini membuka jalan untuk lebih banyak kolaborasi di masa depan dalam mempromosikan perdamaian berdasarkan persaudaraan manusia,” katanya.
Uskup Agung Pioppo, Duta Besar Vatikan untuk Indonesia mengatakan gelar kehormatan diberikan kepada Kardinal Ayuso Guixot berdasarkan saran Paus Fransiskus karena kardinal itu “adalah seorang cendikiawan dan orang yang sangat memikirkan secara mendalam tentang dialog antaragama dan juga menghabiskan hidupnya sebagai seorang misionaris.”
“Dalam banyak suasana, dia berbagi bahwa dia senang menjadi seorang Katolik dan senang berdialog dengan semua orang,” katanya. – UCA News Indonesia