Fr Michael Modoit, bersama umat dalam perayaan minggu palma di Terawi
Oleh Yohanes Pati Sogen
Apr 10 2023
KOTA KINABALU – Minggu 2 April yang lalu, Gereja di seluruh dunia merayakan hari minggu palma mengenangkan sengsara Tuhan dan kematianNya. Sekaligus umat merenungkan tentang drama kehidupan manusia sendiri seperti “siapakah aku ini” atau “karakter apa yang aku mainkan dulu”, sekarang dan di waktu yang akan datang?.
Apakah aku seperti Yudas Iskariot yang hanya kerana wang, lalu mencederai persahabatan dengan Yesus?. Apakah aku ini seperti Petrus, hanya berani di mulut tetapi ketika datang tentangan dan ancaman lalu menyangkal orang yang mencintainya? Apakah aku ini seperti Kayafas dan Pilatus, yang demi prestij dan jabatan lalu salah menggunakannya sehingga menyebabkan nyawa orang? Apakah aku ini seperti orang-orang Yahudi yang hanya kerana iri, benci, cemburu atau hanya ikut-ikutan, lalu menuduh, memfitnah dan mengolok-ngolok orang lain tanpa rasa kemanusiaan?.
Apakah aku ini seperti Algoju yang kerana tugas diperintahkan atau dibayar, lalu menghujat, menyiksa bahkan menghabisi nyawa orang lain? Apakah aku ini seperti Yusuf dari Arimatea, Simon dari Kirene, Veronika, yang tanpa takut rela meringankan beban hidup sesama yang menderita? Apakah aku ini seperti Bonda Maria yang tabah, setia penuh iman menemani Yesus, Putranya dalam jalan sengsara sampai kematian?.
Perayaan penting bagi umat yang merayakan minggu palma adalah: Ingatlah bahawa ada seseorang pribadi yang penuh mengatakan bahwa aku mencintaimu dan ia telah membuktikan cinta-nya kepadamu dengan sengsara dan kematianNya. Dialah Yesus Juruselamat umat manusia.
Dengan memasuki minggu sengsara umat merenungkan tentang dulu masing-masing pelaku drama penyaliban hanya memainkan satu peranan. Namun saat ini, dalam kehidupan engkau dan aku kita sering memainkan semua peranan itu baik sebagai pengkhianat, penakut sehingga tidak berani jujur, menyalagunakan jabatan, memfitnah dan mengolok-ngolok, bahkan mencederai dan membunuh sesama. Dengan perayaan hari minggu palma, umat dapat mempersiapkan Paska dengan tobat dan berbuat baik.
Perayaan pada hari itu di Gereja Holy Nativity Terawi dirayakan oleh Fr Mikael Madoit pada jam 8.00 pagi umat berbodong-bodong memenuhi pekarangan Grotto sambil membawa daun palma dan berarak masuk dalam Gereja untuk perayaan Ekaristi.