Oleh Jonathan Yapp & Lennon Herman
LAHAD DATU – Satu rekoleksi pelayan altar paroki dan luar stasi telah berjaya dijalankan pada 7 Dis 2024 di Gereja St Dominic, Lahad Datu. Pelayanan altar merupakan salah satu bentuk pelayanan yang sangat penting dalam Gereja Katolik. Pelayan altar, baik acolyte mahu pun petugas liturgi lainnya, memegang peran besar dalam membantu kelancaran perayaan Ekaristi. Untuk menjaga semangat dan kesungguhan dalam pelayanan, rekoleksi sering kali diadakan sebagai sarana pembinaan dan renungan peribadi untuk semua peserta yang hadir.
Rekoleksi ini telah dihadiri oleh 99 orang pelayan altar yang terdiri daripada paroki pusat dan luar stasi. Rekoleksi tersebut telah dikendalikan oleh Diakon Ricki Boy Hasim. Dia telah menyampaikan penerangan tentang perjalanan liturgi dan tatacara Misa Kudus untuk pengetahuan para pelayan altar yang hadir.
Diakon Ricki juga menyampaikan dan menceritakan tentang perjalanan hidup Santo Tarsisius. Santo Tarsisius adalah seorang martir muda dalam tradisi Gereja Katolik, yang dianggap sebagai pelindung para pelayan altar dan pelindung para pemuda. Kisah hidupnya yang paling terkenal berfokus pada pengabdiannya kepada Ekaristi dan kesaksiannya akan iman yang membawanya pada kemartiran. Santo Tarsisius diperkirakan hidup pada abad ke-3 di Roma, sekitar tahun 250 M. Dia adalah seorang anak muda yang dikenal sangat taat, bersemangat dalam iman Katolik, dan sering melayani di gereja. Pada masa itu, Kristian berada di bawah penganiayaan yang keras oleh pemerintah Romawi Kaisar Decius. Umat Kristian sering kali terpaksa bersembunyi untuk merayakan Ekaristi dan peribadatan mereka.
Suatu hari, ketika ada perayaan Ekaristi di gereja yang tersembunyi, Tarsisius diberi tugas untuk membawa Sakramen Kudus kepada umat Kristian yang dipenjarakan dan tidak dapat hadir. Tugas ini sangat penting kerana itu bererti harus membawa komuni (Tubuh Kristus) kepada para tahanan yang sedang menderita akibat penganiayaan. Namun, dalam perjalanan, Tarsisius didekati oleh sekelompok pemuda yang bukan Kristian.
Mereka mencuba merebut Sakramen yang dibawanya, namun Tarsisius menolaknya dengan tegas dan tidak mahu menyerahkannya. Tarsisius mempertahankan sakramen tersebut dengan sangat berani, meskipun akhirnya dia dipukul dan diseksa hingga meninggal dunia. Dia dimartirkan kerana dia memilih untuk mempertahankan kesucian Ekaristi daripada menyerah pada ancaman fizikal.
Kisah hidup St Tarsisius ini sangat membantu dan menjadi inspirasi bagi para pelayan altar di masa kini. Semua wakil pelayan altar sangat berbangga kerana dapat menghadiri rekoleksi ini kerana dengan rekoleksi ini dapat memperdalamkan iman mereka dengan mengenali santo pelindung para pelayan altar iaitu Santo Tarsisius.
Rekoleksi ini diakhiri dengan pengutusan para pelayan altar oleh Fr Stanley William Matakim, seperti yang tertulis “Layanilah seorang akan yang lain, sesuai dengan karunia yang telah diperoleh masing-masing sebagai pengurus yang baik dari kasih karunia Allah” (1 Petrus 4:10). Ayat ini mengingatkan bahawa setiap pelayan altar dipanggil untuk menggunakan kemahiran dan karunia yang diberikan Tuhan dalam pelayanan, dengan sikap rendah hati dan penuh kasih, demi Kemuliaan Tuhan. – dospo