Uskup Rolando Álvarez di Matagalpa, Nikaragua. (Foto: Vatican News)
Jan 31 2023
Empat klerus, dua seminaris, dan seorang jurnalis keuskupan akan dihukum di Nikaragua atas tuduhan konspirasi untuk merusak integritas nasional dan menyebarkan informasi palsu, lapor media lokal.
Para kritikus mengecam peningkatan penganiayaan terhadap orang Katolik termasuk para klerus di negara Amerika Tengah itu.
Ketujuh orang itu — tiga imam, dua seminaris, seorang diakon dan seorang juru kamera — dinyatakan bersalah pada 26 Januari dalam sebuah sidang rahasia, di mana pengacara pilihan mereka ditolak.
Pastor Ramiro Tijerino, Pastor José Luis Díaz dan Pastor Sadiel Eugarrios; Diakon Raúl Antonio Vega; Frater Darvin Leiva dan Frater Melkin Centeno; dan juru kamera Sergio Cárdenas diperkirakan akan dihukum pada 3 Februari, menurut Pusat HAM Nikaragua.
Jaksa telah meminta pengadilan untuk menghukum selama 10 tahun penjara.
Orang-orang itu termasuk di antara 11 orang yang ditangkap pada Agustus 2022 bersama dengan Uskup Matagalpa, Mgr. Rolando Álvarez selama penggerebekan polisi di kantor keuskupan, tempat mereka ditahan selama 16 hari.
Orang-orang itu bergabung dengan Uskup Álvarez dalam memprotes penutupan media Katolik dan meningkatnya tirani pemerintah yang dipimpin oleh Presiden Daniel Ortega.
Uskup Álvarez telah ditahan di bawah tahanan rumah sejak penangkapannya. Dia diperintahkan untuk menghadapi dakwaan yang sama seperti orang Katolik yang baru dihukum pada sidang 10 Januari di Managua, ibu kota negara itu.
Uskup sebelumnya mengecam pelanggaran HAM di Nikaragua, di mana rezim Ortega menindas perbedaan pendapat, mencurangi pemilu, dan menutup media independen.
Pastor lainnya, Pastor Óscar Benavides Dávila, dihukum pada 16 Januari atas tuduhan konspirasi merusak integritas nasional dan menyebarkan berita palsu. Media Nikaragua melaporkan dia adalah pastor pertama yang dihukum atas tuduhan tersebut.
Gereja Katolik berkonflik dengan Ortega setelah memberikan dukungan spiritual dan perlindungan kepada pengunjuk rasa yang turun ke jalan tahun 2018, menuntut penggulingan presiden.
Para imam kemudian menemani keluarga tahanan politik. Nikaragua telah menutup outlet media Gereja dan proyek amal, sementara juga mengusir Duta Besar Vatikan untuk Nikaragua Uskup Agung Waldemar Stanislaw Sommertag pada Maret 2022.
Komisaris Tinggi HAM PBB, Volker Türk, mengatakan pada Desember bahwa Nikaragua menahan 225 tahanan politik, seringkali dalam kondisi yang menyedihkan.
“Pembela hak asasi manusia, jurnalis, pastor atau mereka yang dianggap sebagai lawan politik, ditangkap, dilecehkan, diintimidasi,” kata Türk kepada Dewan HAM PBB di Jenewa.
“Beberapa orang dituntut atas pelanggaran merusak integritas nasional atau ‘berita palsu.’ Semua bagian dari upaya sistematis untuk meredam oposisi dan perbedaan pendapat.” – UCA News Indonesia