Bapa Suci Fransiskus
Oleh Katoliknews.com
22 Okt 2021
Katoliknews.com – Seorang perempuan yang terselamat daripada penganiayaan seksual oleh seorang paderi mengimbau para seminaris di seluruh dunia untuk menjadi paderi yang baik, yang memastikan “kebenaran yang meski pahit” untuk selalu menang, dan bukannya diam tentang skandal atau menutup-nutupinya.
“Tolong, jangan menyembunyikan sesuatu di bawah karpet, kerana itu akan membau busuk dan karpet itu sendiri juga akan membusuk … Mari kita sedari bahwa jika kita menyembunyikan fakta-fakta ini, ketika kita tutup mulut, kita sama seperti menyembunyikan kotoran,” kata penyelamat itu dalam sepucuk surat yang dikirim kepada Bapa Suci Fransiskus dan ditujukan kepada semua seminaris.
Hidup dalam kebenaran adalah mengikuti teladan Yesus Kristus, yang tidak pernah menutup matanya terhadap dosa atau orang berdosa, tetapi yang “menghidupkan kebenaran dengan kasih,” demikian isi kandungan surat tersebut.
Menurut laporan Catholic News Service, surat itu, yang ditulis dalam bahasa Italia, dikirim kepada Bapa Suci Fransiskus, di mana ianya kemudian meminta agar diterbitkan dengan identiti penulis yang dirahsiakan, demikian menurut Komisi Kepausan untuk Perlindungan Anak di Bawah Umur, yang menerbitkan salinan teks surat itu di situs webnya pada 18 Okt.
Kardinal AS Seán P O’Malley, Ketua Komisi itu berkata: “Selama masa pembaharuan dan pertobatan pastoral ini di mana gereja menghadapi skandal dan luka akibat gangguan seksual yang menimpa di mana-mana anak-anak Tuhan, Bapa Suci kita menerima surat daripada seorang yang terselamat, sebuah kesaksian berani yang ditujukan kepada semua seminaris.”
Dengan membagikan kesaksian ini secara terbuka, “Bapa Suci Fransiskus ingin menyambut suara semua orang yang terluka dan untuk menunjukkan kepada semua paderi yang mewartakan Injil jalan yang mengarah pada pelayanan sahih kepada Tuhan untuk kepentingan semua orang yang terdedah,” tulis kardinal itu dalam pengenalan surat itu.
Wanita yang menulis surat itu menggambarkan bagaimana dia terluka selama bertahun-tahun sebagai seorang gadis oleh seorang paderi yang meninggalkannya dengan banyak masalah kesihatan mental yang serius, termasuk trauma, kegelisahan, kemurungan, insomnia, mimpi buruk dan ketakutan terhadap orang lain.
“Saya takut kepada para paderi, takut berada dekat mereka,” tulisnya, dan dia tidak boleh lagi menghadiri Misa kerana “ruang suci” yang dulunya adalah rumah keduanya kemudian hanya memicu rasa sakit dan ketakutan.
Dia mengatakan dia mencuba untuk “bertahan hidup, untuk merasakan kegembiraan, tetapi pada kenyataannya, ini adalah perjuangan yang sangat sulit.”
Dia mengatakan kepada Bapa Suci bahawa dia menulis kerana dia inginkan “kebenaran yang meski pahit untuk menang.”
“Saya di sini juga atas nama mangsa lain … anak-anak yang telah sangat dirugikan, yang masa kecilnya, kemurnian dan rasa hormatnya telah dicuri … yang dikhianati dan yang kepercayaan tak terbatasnya dimanfaatkan … anak-anak yang jantungnya berdetak, yang bernafas, yang hidup … tetapi mereka telah terbunuh sekali, dua kali, berkali-kali … Jiwa mereka telah berubah menjadi potongan-potongan kecil berdarah,” tulis wanita itu.
Ia mengatakan, orang dewasa yang pernah mengalami gangguan seksual, boleh mencuba untuk melupakan atau memaafkan, “tetapi bekas luka tetap ada di jiwa mereka dan tidak pernah hilang.”
Gangguan seksual ini, katanya, juga merugikan gereja, dan “gereja adalah ibu saya dan sangat menyakitkan apabila dia terluka, ketika dia kotor.”
“Saya memohon agar anda melindungi gereja, tubuh Kristus,” tulisnya. – katoliknews.com