Paus Fransiskus menghadiri audiensi umum mingguan pada 8 Februari di Aula Paulus VI di Vatikan. (Foto: AFP)
Feb 24 2023
Selama satu dekade kepausannya, Paus Fransiskus telah menghidupkan kembali hubungan Katolik-Islam melalui persahabatan sejati dan fokus pada keprihatinan bersama, kata dua pakar lintas agama kepada OSV News.
“Saya pikir dalam banyak hal dia telah membawa kehidupan baru dan angin segar untuk dialog Islam-Katolik,” kata Imam Saffet A. Catovic, manajer program dan ketua Islamic Society of North America’s Office for Interfaith, Community Alliances and Government Relations.
Dia mengatakan kepada OSV News, “Kami telah terlibat dengan Konferensi Waligereja AS sejak tahun 1996 secara formal, dan paus telah memberikan dorongan baru untuk percakapan yang telah berlangsung.”
“Saya memiliki persepsi yang sangat positif tentang paus ini,” kata Mehnaz M. Afridi, profesor studi agama dan direktur Holocaust, Genocide and Interfaith Center di Manhattan College, New York.
“Dia menggunakan ajaran Kristen untuk membuka pikiran umat Kristen di seluruh dunia untuk merima imigran baru dari Suriah, Irak dan Afghanistan sebagai bagian dari menjangkau yang lain. … Itu telah menjadi dorongan besar.”
Sejak awal kepausannya, Paus Fransiskus meningkatkan untuk merangkul umat Islam: pada Maret 2013, dia membasuh kaki dua remaja Muslim sebagai bagian dari Misa Kamis Putih yang dia rayakan di pusat penahanan pemuda di Italia. Dia mengulangi itu tahun 2016, membasuh kaki beberapa imigran Muslim di pusat pencari suaka dekat Roma.
“Itu menunjukkan kerendahan hati, keanggunan, dan penerimaan tertentu,” kata Afridi kepada OSV News.
Setelah pemilihannya, Paus Fransiskus juga membawa persahabatan antaragama yang telah lama terjalin dari negara asalnya Argentina: tahun 2014, dia melakukan perjalanan ke Israel, Yordania, dan Palestina bersama Rabbi Abraham Skorka dan Sheikh Omar Abboud, wakil ketua Lembaga Dialog Lintas Agama di Buenos Aires, dan mantan sekjen Pusat Islam Argentina.
Tahun 2019, Paus Fransiskus mengunjungi Abu Dhabi, di mana dia dan Imam Besar Al-Azhar Mesir, Sheikh Ahmad el-Tayeb, menandatangani “Dokumen Persaudaraan Manusia untuk Perdamaian Dunia dan Hidup Bersama.”
Teks tersebut mengajak “semua orang yang beriman kepada Tuhan dan komit pada persaudaraan manusia untuk bersatu dan bekerja sama,” sambil menegaskan hak asasi manusia universal dan menyerukan “rekonsiliasi dan persaudaraan di antara semua orang beriman, bahkan di antara orang beriman dan tidak beriman, dan di antara semua orang yang berkehendak baik.”
Lima kunjungan paus ke Afrika, termasuk perjalanannya pada Januari 2023 ke Kongo dan Sudan Selatan, juga merupakan dukungan kuat bagi dialog Islam-Katolik, kata Catovic dan Afridi.
Bagian dari warisan Paus Fransiskus adalah “pengakuan bahwa di banyak lokasi di seluruh dunia, dengan Afrika sebagai contoh utama, Anda memiliki pertemuan berdampingan antara Gereja Katolik, Gereja Protestan, dan Islam,” kata Catovic.
“Di mana ada perselisihan, dia meminta ketenangan dan penerimaan satu sama lain,” kata Afridi.
Tahun 2021, Paus Fransiskus menjadi paus pertama yang mengunjungi Irak (tujuan yang tidak dapat dicapai oleh Paus St. Johanes Paulus II karena ketegangan pada saat itu), menggambarkan situs Ur kuno sebagai “tempat yang diberkati (yang) membawa kita kembali ke asal kita” dan bertemu secara pribadi dengan Ayatollah Ali al-Sistani, pemimpin spiritual Islam Syiah Irak.
Dalam ensikliknya “Fratelli Tutti”, yang dikeluarkan tahun 2020, sebagian dari dokumen yang ditandatangani tahun 2019 dengan Imam Besar Al-Azhar – seperti yang dinyatakan oleh Paus Fransiskus sendiri dalam paragraf pembuka teks itu.
Afridi setuju, dengan mengatakan ensiklik itu “telah membuat perbedaan besar dalam cara Muslim memandang Paus Fransiskus.”
Dia dan Catovic mengatakan fokus paus pada keprihatinan bersama seperti imigrasi, keadilan ekonomi dan kepedulian terhadap lingkungan, daripada perbedaan teologis, telah sangat membantu memajukan hubungan Islam-Katolik.
“Jika bumi adalah rumah kita bersama, kita bertetangga,” kata Catovic. “Itu beresonansi dengan baik dengan anggota komunitas Muslim.”
“Paus Fransiskus sangat inklusif (mengenai) dialog dengan Muslim,” kata Afridi. “Itu sangat bermanfaat besar bagi kami.” – UCA News Indoneisa